Rasulullah pernah bersabda :
Sesungguhnya sebaik-baik doa adalah “Alhamdulillah” (HR. Tirmiddzi).
Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda :
الحمد لله تملأ الميزان,وسبحان الله والحمد لله تمللآن أو تملأ ما بين السماوات والأرض
Alhamdulillah memenuhi Mizan, dan Subhanallah serta al-hamdulillah keduanya memenuhi apa yang ada diantara langit dan bumi (HR. Muslim).
Sementara
Laa Ilaaha Illa Allah adalah sebuah deklarasi bahwa
tidak ada yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah.
Kewajiban
kita hendaknya senantiasa menggemuruhkan kalimat-kalimat agung itu
dalam detak jantung kita, mengkristalkannya dalam relung hati kita,
melantunkannya lewat bibir-bibir kita, memekarkannya dalam perilaku kita
semua dan menancapkannya dalam sujud-sujud kita.
Rasulullah pernah bersabda :
Ucapan
yang paling Allah sukai itu adalah empat : Subhanallah,
al-Hamdulillah, Laa Ilaaha Illa Allah, Allahu Akbar. Tidak ada bahaya
darimanapun kamu mulai (HR. Muslim).
Dalam sabdanya yang lain Rasulullah beliau mengatakan :
Bagiku mengucapakan Subhanallah, al-Hamdulillah, Laa Ilaaha Illa
Allah, Allahu Akbar lebih aku sukai daripada apa yang disinari mentari.
Tak
ada aktivitas yang akan menenteramkan hati dan melembutkan jiwa selain
senantiasa ingat dan berdzikir kepada Allah. Tak ada aktivitas yang
melegakan jiwa dan menyejukkan nurani selain dzikir kepada Allah.
Karena itulah Allah menyeru kepada kita agar kita senantiasa berdzikir
pada-Nya.
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ ﴿١٥٢
Karena
itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) -Ku. (Al-Baqarah : 152).
Dzikir
kepada Allah adalah surga Allah di dunia. Dia indah dan penuh pesona,
menakjubkan dan menentramkan. Di dalamnya ada bunga-bunga wangi yang
bisa dihirup jiwa. Maka
barang siapa yang tidak pernah
menginjakkan kakinya di surga Allah di dunia dia tidak akan pernah
menginjakkan kakinya di surga Allah di akhirat. Dzikir adalah
penolong yang melenyapkan kelelahan dan keletihan jiwa dan kehampaan
nurani. Dzikir adalah jalan pintas untuk meraih kebahagiaan dan
merengkuh kemenangan. Dzikir adalah balsem yang senantiasa memberikan
kehangatan ruhani dan sekaligus memberikan kesembuhan jiwa.
Dalam
dzikir jiwa menjadi terasa dekat dengan Sangat Mahakasih, merasa teduh
dalam naungan cinta-Nya, hangat dalam dekapan kasih-Nya. Para ahli
dzikir akan merasa getaran ilahiyah yang mengalir dalam seluruh organ
tubuhnya.
Dzikir menyingkirkan awan ketakutan menepiskan
kegundahan dan menghadirkan kebahagiaan dan rasa damai. Problema hidup
akan ringan terasa. Guncangan jiwa akan luluh sirna.
Dzikir
adalah penerang, dzikir adalah penenang, dzikir adalah penyadar dan
senjata ampuh pemusnah kesuntukan pikiran, pelenyap tumpukan duka lara.
Orang yang berdzikir kepada Allah akan senantiasa bersinar jiwanya,
bercahaya tingkah lakunya.
Ketenangan batin tersimpan
dalam gema dzikir yang bertalu-talu, dalam denting tahmid yang
mendayu-dayu. Dalam kalimat tauhid yang menggebu dan dalam tasbih yang
bergelora menghangatkan jiwa.
Dzikir adalah ibadah jiwa
dan lidah yang melintasi semua zaman. Ia harus hadir dalam
detik-menit-jam-hari-minggu-bulan-tahun hingga kematian menjemput kita.
Berdzikirlah dalam keadaan apa saja : berdiri, duduk ataupun terbaring.
Kita wajib mengingat-Nya baik saat berada di daratan, di lautan, di
padang pasir, di pasar-pasar, di mall-mall, di hotel-hotel bahkan di
udara sekalipun. Dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi, dalam
gelap dan terang, di gunung-gunung dan lembah-lembah. Dzikir harus
senantiasa bergema di seluruh nafas kehidupan kita.
Allah berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (Al-Ahzaab : 41).
Dan
sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa
takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang,
dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (Al-A’raaf : 205).
Ibnu Taimiyah pernah mengatakan kepada muridnya, Ibnul Qayyim tentang dzikir ini :
Ini adalah makananku, jika aku tidak makan maka habislah kekuatanku.
Hasan Al-Bashri memberikan nasehat kepada kita :
Carilah kenikmatan itu dalam tiga perkara : Dalam salat, dalam dzikir, dalam membaca Al-Quran.
Dzikir
akan membuka kelapangan dada kita. Dalam dzikir terdapat makna-makan
sabar dan tawakkal, terkandung makna ridha dan menyerah. Hanya dengan
mengingat Allah jiwa kita menjadi jernih dan pikiran kita akan menjadi
bersih. Dengan dzikir kepada Allah langkah ke depan menjadi pasti.
ألا بذكرالله تطمئن القلوب
(Yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram. (Ar-Ra’d : 28).
Kegelisahan yang
melanda banyak orang di zaman tak lebih karena mereka telah melalaikan
dzikir. Menyedikitkan tasbih, meminilisir tahmid dan mengerdilkan
takbir dalam jejak rekam kehidupan mereka. Orang menjadi rakus karena
dia tidak tamak untuk berdzikir. Seseorang menjadi berlumur dosa karena
dia lupa bertasbih, dia menjadi angkuh karena kalimat tauhid yang
dibacanya tidak lagi menggedor kesadaran dirinya bahwa dia hanyalah
seorang hamba..
Kejahatan para penguasa muncul karena
mereka jarang bertabsih, pemelintiran agama hadir di kalangan ulama
karena tasbih mereka mungkin mulai tak jujur. Tahmid mereka mulai
mengendur.
Kecurangan pemimpin bisa saja karena malam
mereka tidak pernah berdenyut dengan tasbih dan tahmid, fajar mereka
tidak pernah hidup dengan kalimat tauhid.
Maka jadilah mata hati mereka semakin legam, jiwa mereka semakin gosong, pandangan nurani mereka menjadi pendek.
Ada
waktu untuk merayu Allah di saat fajar akan menjelang, di saat
manusia-manusia yang tidak bersemangat pada bergelimpangan pulas
menikmati malam. Saat itu ucapan cinta kepada Sang Maha Pencinta harus
diungkap. Karena cinta kita akan menarik cinta-Nya, rayuan kita akan
membangkitkan cinta-Nya