Sabtu, 17 Desember 2011

BELAJAR DENGAN CARA SKS

       Cara belajar siswa masa kini yang menjadi penyebab utama kegagalan dalam menghadapi ujian, adalah menggunakan sistem kebut semalam atau orang-orang menyingkatnya SKS. Dari suatu situs forum di internet, didapati bahwa 64,28 persen dari anggota forum yang merupakan pelajar sering menggunakan cara belajar ini dalam menghadapi ujian. Cara belajar SKS ini yaitu dengan memelajari semua bahan ujian dalam waktu semalam.Cara belajar ini mungkin tidak menjadi masalah bila bahan yang diujikan tergolong sedikit. Selain itu, cara belajar ini mungkin juga bukan masalah bagi siswa dengan kemampuan di atas rata-rata yang dapat menghafal dengan cepat. Namun, bagi siswa pada umumnya, cara belajar SKS ini sangat tidak efektif untuk digunakan.
       ‘Sedia payung sebelum hujan’, peribahasa ini menggambarkan metode belajar yang seharusnya digunakan oleh para siswa, termasuk siswa dengan kemampuan di atas rata-rata. Sebuah riset mengatakan, ”mempelajari banyak materi dalam waktu semalam bisa jadi kurang efektif-setidaknya jika ingin pengetahuan baru tersebut bisa bertahan lama dalam otak kita.” Mencicil merupakan cara yang tepat dalam menghadapi ujian dengan bahan yang banyak. Selain itu, dengan mencicil kita bisa lebih menghemat waktu pada hari sebelum ulangan untuk beristirahat.
       Dr. Doug Rohrer, pemimpin riset dari University of South Florida dan koleganya, Dr. Harold Pashler dari University of California, San Diego, AS, meninjau beberapa studi tentang pengaruh pengaturan waktu terhadap kemampuan mempertahankan informasi baru. Hasilnya adalah, siswa-siswa yang belajar satu topik secara berlebihan, semisal mengulang satu materi secara terus-menerus setelah menguasai materi tersebut dengan baik, memang berhasil mendapat skor lebih baik ketika diuji seminggu kemudian. Namun nilai itu akan menurun ketika diujikan beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Intinya belajar secara berlebihan, menurut Dr. Rohrer, tidak memberikan keuntungan yang berarti. Beliau mengatakan, lebih baik mempelajari 10 kosakata baru dalam seminggu dan mengulangi 10 kata lainnya, daripada mempelajari 20 kosa kata sekaligus dalam seminggu.
       Memasukkan semua bahan ujian ke dalam kepala dalam waktu singkat dapat membuat siswa menjadi bingung, tidak konsentrasi, bahkan sakit kepala yang dapat menyebabkan siswa jatuh sakit. Kejadian seperti ini malah akan merugikan siswa sendiri, bahan yang begitu banyak tidak dapat sepenuhnya dimengerti dan siswa tidak dapat mengikuti ujian karena jatuh sakit. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan ketidakmaksimalan dalam mengerjakan ujian, bahkan bisa menyebabkan kegagalan.
       Efek jangka panjang yang ditimbulkan juga ada. Para siswa mungkin berhasil dalam ujian, namun ilmu pengetahuan yang seharusnya dipahami menjadi terlupakan dengan mudah bila mengikuti cara belajar SKS. Padahal, tujuan utama belajar adalah menambah ilmu pengetahuan. Sebagian besar siswa SMA kelas X ketika ditanya mengenai materi pelajaran SMP kelas IX yang telah didapatkannya, tidak bisa menjawab. Mereka sering kali lupa atau tidak memerhatikan saat diterangkan oleh guru. Lalu apa gunanya bersekolah? Maka dari itu, cara belajar SKS ini merupakan metode pembelajaran yang tidak layak digunakan oleh para siswa.

  • TIPS BELAJAR SKS YANG EFEKTIF
Waktu
  • Walupun SKS sebaiknya jangan sehari sebelum ujian baru buka buku catatan,3 hari sebelumnya kita sudah buka-buka lalu baca sedikit-sedikit. Daripada nonton acara TV yang tidak bermanfaat,karena dikhawatirkan saat semalam sebelum ujian kita malah tertidur akibat terlalu stres.
  • Jangan belajar sampai terlalu larut. Untuk itu pelajari dahulu materi-materi yang sering dibahas di kelas. Dosen pada umunya membuat soal dari materi yang beliau ingat. Slide mungkin bisa jadi pilihan bagus untuk didahulukan daripada buku.
  • Belajar terlalu larut apalagi begadang sampai pagi bisa menyebabkan kita terkantuk saat ujian.

Bahan ujian
  1. Kita harus tahu bab-bab yang menjadi bahan ujian.
  2. Persiapkan buku,slide dan semua bahan bacaan yang ada hubungannya dengan bab-bab tersebut. Paling tidak ada satu bahan bacaan untuk setiap bab bahasan.
  3. kalau punya soal-soal tahun lalu sebaiknya dibaca terlebih dulu untuk mengetahui bentuk soal yang akan dihadapi,tapi jangan terpaku pada soal terutama untuk mata kuliah dengan hitungan.
  4. Beralih ke bahan bacaan,materi tiap BAB dilihat sekilas,diingat poin-poin pentingnya.
  5. Jika waktu masih memungkinkan,semua bahan yang ada dibaca dan dipahami bukan dihafal. Yang perlu dihafal judul per subBAB dan bahan yang sering diulang dosen. Judul per subBAB kadang bisa membantu kita mengingat materi yang dibaca. Disamping itu,saat menemui soal yang sukar sehingga kita harus menjawab asal-asalan,jawaban asal-asalan kita tidak terlalu jauh dari materi bahkan bisa saja jawaban kita benar.
  6. Jika waktu belajar sangat-sangat terbatas, kita bisa mencari jawaban untuk soal-soal tahun lalu sembari membaca materi-materi di sekitar jawaban tersebut. Namun biasanya akan cukup susah jika kita belum membaca materi secara keseluruhan.

Pada saat ujian
  1. kumpul bareng teman-teman yang sedang membahas materi kadang bagus karena materi-materi yang kita tidak tahu jadi tahu,tetapi syaratnya kita harus tetap relax karena biasanya kita jadi ngerasa blank atau lupa semua materi yang udah dibaca. itu cuman syndrome sesaat,tak akan jadi kenyataan asal kita tidak terbawa jadi nervous.
  2. Harus PD tapi jangan ke-PD-an
  3. Masuk ruangan segera cari tempat duduk yang nyaman. Sekedar saran : cari tempat duduk paling depan dan deket jendela. Pertama, kita ga akan terpengaruh teman-teman yang lagi stress. Kedua, bisa refreshing klo lagi pusing.
  4. Jangan lupa berdoa, “ robbis rokhli sodri, wa yassirli amri, wakhlul uqdatam min lisani, yafqohu qouli”. Dan do’akan semua teman kita yang ada di ruangan. Ingat do’a seorang sahabat yang tidak diketahui sahabatnya akan didengar oleh Allah. Amiin.
  5. Kalau ada soal pilihan ganda yang susah. Pilihan yang pertama kali terfikir langsung ditandai. Tapi jangan dijawab di lembar jawaban dulu.
  6. Kerjakan dengan teliti soal-soal yang bisa dikerjakan. Pastikan jawabannya benar.
  7. Selanjutnya baru memikirkan soal-soal yang susah. Kalau waktu sudah mepet gunakan jawaban yang tadi sudah ditandai. “ kalau ada satu pilihan yang menurut perasaan kita benar, mungkin itu jawabannya. Tapi klo ada dua atau tiga pilihan yang menurut perasaan kita benar, mungkin jawaban yang benar ada di pilihan yang tidak pernah kita pikirkan.”
  8. Jangan nyontek atau membawa contekan klo kagak berpengalaman,karena yang ada cuman gugup,takut ketahuan,merinding,pucet,dan keringetan.

MENGELOLA KEUANGAN PRIBADI DENGAN PRIORITAS KEBUTUHAN

             Banyak orang dewasa yang tidak mengetahui bagaimana cara dalam mengelola keuangan secara benar, mungkin karena tidak diajarkan sejak kecil. Kebanyakan orang tua mengatur keuangan anaknya, sehingga sang anak tidak perlu tahu mengenai kebutuhan keuangannya. Padahal hampir semua aspek kehidupan berhubungan dekat dengan keuangan.

1. Prioritas pertama dan yang terpenting ialah lunasi hutang anda yang konsuntif sesegera mungkin, karena lebih cepat lebih baik.


2. Prioritas ke-2, menabung minimal 10% dari penghasilan. Namun apabila mampu untuk melakukan lebih tinggi, maka akan lebih baik.


3. Penyusunan anggaran. Anggaran adalah daftar rincian kebutuhan yang Anda perlukan yang dapat juga dijadikan pedoman yang mengarahkan dan mengingatkan kemampuan Anda. Membuat anggaran tidak menjadikan Anda lebih makmur namun dapat membatasi keinginan menghamburkan uang dan membantu Anda supaya tidak terjerat hutang. Banyak yang menyadari perlunya anggaran yang baik, namun sedikit yang mematuhinya. Buatlah rencana dan patuhi dengan seksama.

4. Menyiapkan dana untuk kebutuhan refreshing. Gunakan uang Anda untuk kesenangan pribadi. Setelah mengatur keuangan Anda dengan bijaksana dan memberi dengan murah hati, tiba saatnya menikmati hasil dari pekerjaan Anda.

5. Ingat, lifesytle = expense. Ingin tahu apakah gaya hidup anda telah sesuai dengan penghasilan? Periksa kembali pos pengeluaran rutin dan non-rutin anda. Jika tidak sesuai, lakukan pemangkasan pengeluaran anda sekarang juga.

6. Be a smart shopper. Berpikirlah 10x sebelum anda mengeluarkan uang. Apakah sudah benar-benar perlu dan telah sesuai dengan kebutuhan ? Apakah barang yang saya beli termasuk barang produktif atau konsumtif ?

7. Saat yang tepat untuk berbelanja adalah saat barang yang anda butuhkan sedang ada discount. Namun harus diingat yang terpenting, adalah barang yang memang anda butuhkan dan sudah dianggarkan. Dengan demikian anda dapat saja melewati toko yang sedang sale besar-besaran tanpa harus masuk dan berbelanja jika tidak sedang membutuhkannya.

8. Jangan abaikan pengeluaran-pengeluaran yang bersifat sepele dan berjumlah kecil akan tetapi teratur/sering. Tanpa sadar, jika ditotal selama sebulan ternyata jumlahnya tidak sedikit dan cukup menguras kantong kita. Hal ini harus dihilangkan.

9. Penting untuk diingat, kartu kredit bukanlah extra money. Jika menggunakan kartu kredit, pastikan bahwa memang uang untuk membayar tagihan sudah ada dalam budget anda. Dengan begitu, pasti dapat anda penuhi tepat waktu.

10. Tantangan terbesar dalam mengelola keuangan ialah memperkecil expense (menyederhanakan lifesytle), dan memperbesar income anda. Jika hal ini dapat dilakukan secara konsisten dan disiplin, niscaya keberhasilan dalam mengelola keuangan anda dengan mudah akan terwujud.

UNSUR - UNSUR KALIMAT

Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek / Subyek (S)
- Predikat (P)
- Objek / Obyek (O)
- Keterangan (K)

1. Predikat (P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang.
c. Letusan Gunung Merapi keras sekali.
d. Makanan itu mahal.
e. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
f. Anda guru?
g. Anak kami tiga .
h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
i. Dia dari Medan
j. Pak Nurdin ke Saudi.

Pada sepuluh kalimat di atas, terdapat bagian yang dicetak miring. Ada yang berbentuk kata maupun frasa (lebih dari satu kata). Kata atau frasa yang dicetak miring tersebut berfungsi sebagai predikat.
Kalimat a dan b adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori verbal, disebut kalimat verbal. Kalimat c dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori adjektival, disebut kalimat adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori nominal, disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori numeral, disebut kalimat numeral. Kalimat i dan j adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori preposisional, disebut kalimat preposisional.

2. Subjek (S)
Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek.
Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung Merapi, makanan itu, ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi sebagai subjek. Subjek yang tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti ini:
1. Merokok merupakan perbuatan mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.

3. Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2)

4. Pelengkap (PEL)

Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.

5. Keterangan (K)
Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S atau P.
Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.
c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu.
d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.
Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar pemaknaan kalimat tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada contoh berikut:
a. Kami telah mengengoknya kemarin.
b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya.

PENGERTIAN KALIMAT

    1. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh . Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain subyek,predikat, obyek ,pelengkap dan keterangan. Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memiliki unsur Subyek dan Predikat.
  •   Struktur Dasar Kalimat Bahasa Indonesia
  1. Ciri-Ciri Subjek
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.
  • Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.:
Contoh :
Juanda memelihara binatang langka
Siapa memelihara? Jawab : Juanda.
(maka juanda adalah S sedangkan memelihara adalah predikat )
Siapa atau apa Binatang langka ? = tidak ada jawaban
  • Disertai Kata Itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata itu.
Contoh : Anak itu mengambil bukuku
  • Didahului Kata Bahwa
Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.
  • Mempunyai Keterangan Pewatas Yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
  • Tidak Didahului Preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
  • Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.

2. Ciri – ciri Predikat

Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek Bagian ini khusus membicarakan ciri-ciri predikat secara lebih terperinci.
  • Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
  • Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
  • Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
  • Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
  • Unsur Pengisi Predikat
Predikat suatu kalimat dapat berupa:
  1. Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
  2. Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).





  1. Ciri – ciri Objek
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
  • Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
  • Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
  • Tidak Didahului Preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
  • Didahului Kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

4. Ciri-Ciri Pelengkap

Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini :
  1. Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
  2. Menempati posisi di belakang predikat.
  3. Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
  • Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
  1. Diah mengirimi saya buku baru.
  2. Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
  • Tidak Didahului Preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.
5. Ciri-Ciri Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
  • Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
  • Tidak Terikat Posisi
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
Contohnya :
Cintya sudah membuat tiga kue dengan bahan itu.
S P O K
Dengan bahan itu Cintya sudah membuat tiga kue .
Cintya dengan bahan itu sudah membuat tiga kue.
Dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan keterangan.
  • Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
  1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
  1. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
  1. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
  1. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
  1. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
  1. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Perhatikan contoh berikut.
  • Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
  1. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti contoh berikut.
  • Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu kata Siswanto.
  1. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.
  • Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.


  • Kendala-kendala Struktur Kalimat Bahasa Indonesia
Ada berbagai kendala yang menyebabkan kurang menguasai struktur kalimat bahasa Indonesia, yaitu: 1) Kandungan makna yang terdapat dalam struktur kalimat BI masih kurang di pahami; 2) Pemahaman terhadap konsep struktur kalimat BI masih samar-samar; 3) Penggunaan BI masih dipengaruhi kebiasaan penggunaan berbahasa ibu; 6) Struktur pola kalimat BI berbeda dengan struktur kalimat bahasa ibu; 7) Penguasaan kosakata dan proses pembentukannya belum banyak diketahui 8) Penguasaan membaca buku-buku kebahasaan masih kurang.

  • Jenis-jenis kalimat berdasarkan strukturnya
  1. Kalimat tunggal, yaitu kalimat yang hanya memiliki satu unsur subjek dan satu unsur predikat atau satu pola kalimat :
Contoh:

• Ayah seorang guru SMP.
• Guru bahasa Inggris disekolahku akan melawat ke Amerika Serikat.
• Ibu sakit.

Ketiga contoh di atas masing-masing hanya mengandung satu klausa saja. Pada
contoh kedua, pola kalimat tersebut diperluas namun tidak sampai membentuk pola kalimat baru.
Sebuah kalimat tunggal terdiri satu rangkaian unsur inti (S, P). Perluasan dari kalimat tunggal biasanya tidak melampaui batas (S, P) atau tidak membentuk pola kalimat baru.
Cara menentukan kalimat inti dari kalimat perluasan sebagai berikut :
  1. Orang yang tinggi besar itu sama sekali bukan tetangga pamanku.
    Kalimat intinya
    : Orang itu pamanku.
  2. Ia berlari dengan cepat agar tidak terlambat.
    Kalimat intinya: Ia berlari.